KAMMI: Mahasiswa Muslim, Kampus, dan Indonesia
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di seluruh dunia setelah Amerika Serikat[1]. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penduduk Indonesia seluruhnya berjumlah 237.556.363 jiwa[2]. Sedangkan jumlah pemuda Indonesia berdasarkan UU No. 40 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa kategori umur pemuda yaitu 16 – 30 tahun, BPS memperkirakan proyeksi jumlah pemuda di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 62,92 juta jiwa[3].
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Djoko Santoso menyatakan, jumlah mahasiswa di Indonesia sebanyak 4.657.483 orang, sementara anak usia yang harus belajar di perguruan tinggi mencapai 25 juta[4]. Hal ini menunjukkan bahwa, mahasiswa masih merupakan ‘gelar’ yang cukup langka di kalangan pemuda Indonesia
karena masih banyak pemuda yang tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi. Mahasiswa, sebagai kaum ‘elite’ pemuda memiliki beberapa peran terhadap bangsa, diantaranya[5]: - Sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)
- Sebagai agen perubahan (agent of change)
- Sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)
Sedangkan menurut Arbi Sanit (2008), ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa, yaitu:[6]
- Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas diantara masyarakat.
- Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda.
- Kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari.
- Mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.
Dengan demikian, mahasiswa memiliki tanggung jawab dalam menentukan nasib bangsanya. Kiprah mahasiswa saat ini menjadi representasi dari keadaan Indonesia di masa mendatang. Karena pemuda di masa inilah yang akan menjadi pemimpin di masa depan.
Mahasiswa Indonesia tidak lepas dari pemuda muslim, karena Indonesia merupakan negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak di dunia. Pemuda muslim seyogyanya menjadi motor penggerak, pioner perubahan, dan batu bata pergerakan bagi eksistensi kiprah mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana pernyataan Hasan Al-Banna dalam Majmu’atur Ar-Rasail:
“Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dana amal merupakan karekter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.”
Begitu juga dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 13:
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk (QS. 18: 13).
Beberapa peran dan tugas pemuda muslim inilah merupakan salah satu alasan lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada tanggal 1 Dzulhijjah 1418 H (29 Maret 1998) sebagai realisasi dari urgensi kepemimpinan pemuda muslim dalam tatanan kehidupan di Indonesia.
KAMMI adalah organisasi ekstra kampus yang menghimpun mahasiswa muslim seluruh Indonesia secara lintas sektoral, suku, ras dan golongan yang bersedia bekerjasama membangun negara dan bangsa Indonesia.[7]
KAMMI berperan sebagai wadah dan mitra bagi mahasiswa Indonesia yang ingin menegakkan keadilan dan kebenaran dalam wadah negara hukum Indonesia melalui tahapan pembangunan nasional yang sehat dan bertanggung jawab.[8]
KAMMI mengambil peran sebagai mitra bagi masyarakat dalam upaya-upaya pembangunan masyarakat sipil, demokratisasi dan pembangunan kesatuan/ persaudaraan ummat dan bangsa melalui pendampingan/advokasi sosial, kritisi/ konstruktif terhadap kebijakan negara yang memarginalisasi masyarakat.[9]
KAMMI dan Mahasiswa Muslim
Merupakan suatu keniscayaan, para pemuda muslim yang menjadi mayoritas dalam proporsi jumlah mahasiswa di Indonesia menghimpun diri dalam satu organisasi untuk mensolidkan gerakan dalam rangka meraih tujuan bersama. Dalam hal ini, KAMMI sebagai salah satu wadah mahasiswa muslim di Indonesia, merupakan organisasi yang berlandaskan pada Islam dan menitikberatkan pada persaudaraan (ukhuwah islamiyah) untuk melahirkan kader-kader pemimpin tangguh di masa depan serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang Islami.
Salah satu misi KAMMI ialah membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia. Misi tersebut diharapkan dapat mencetak generasi pemuda muslim yang saleh secara personal. Kesalehan personal berawal dari pemahaman yang holistik dan komprehensif terkait nilai-nilai Islam sehingga dapat bermanifestasi pada kesalehan sosial. Pemuda dengan karakter saleh secara sosial sangat dibutuhkan untuk menjawab segala tantangan yang ada di sepanjang zaman. Kian hari, bangsa Indonesia menghadapi berbagai permasalahan yang sangat kompleks mencakup segala aspek kehidupan, mulai dari aspek moral hingga struktural pemerintahan. Pergeseran nilai kerap kali terjadi. Masyarakat Indonesia terutama pemuda saat ini telah terbius dengan berbagai macam bentuk euphoria kehidupan, terjebak dalam hedonisme, dan tak lagi merasa malu ketika berbuat tidak jujur. Menyontek dan ‘titip absen’ di kalangan mahasiswa pun dianggap kesalahan kecil sehingga menjadi perbuatan yang lumrah bahkan sudah menjadi budaya. Dosa-dosa ‘kecil’ tersebut sangat mengancam keberlangsungan masa depan Indonesia yang notabene akan dipimpin oleh pemuda yang gemar berbuat tidak jujur. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan pemuda deng`n kriteria saleh secara pribadi yang terintegrasi di setiap perilaku kesehariannya sehingga bisa berbuah menjadi kesalehan sosial untuk memperbaiki zaman.
Dalam sebuah buku berjudul “Model Manusia Muslim Pesona Abad Ke-21”, Anis Matta mengungkapkan bahwa[10]:
“…untuk menjadi manusia Muslim yang bisa diandalkan pada abad ke-21 harus memenuhi tiga kualifikasi, yaitu afiliasi, partisipasi, dan konstribusi. Afiliasi adalah kita memahami dengan baik mengapa kita memilih Islam sebagai agama dan jalan hidup. Dengan afiliasi, manusia diharapkan mempunyai kecenderungan terhadap sesuatu, yaitu wilayah nilai Islam sehingga dapat menjadi pribadi yang saleh. Saleh secara pribadi dapat dibentuk melalui komitmen terhadap akidah, metodologi, dan sikap/akhlak. Setelah dapat saleh secara pribadi, maka kualifikasi yang selanjutnya adalah partisipasi. Dalam hal ini, manusia dapat mensalehkan orang lain karena dia sudah bisa mensalehkan pribadinya. Kualifikasi yang terakhir adalah konstribusi, yaitu manusia Muslim abad ke-21 haruslah mempunyai spesialisasi dalam satu bidang keilmuan/profesi. Spesialisasi yang dimaksud adalah spesialisasi dalam pemikiran, kepemimpinan, profesional, dan keuangan.”
Kematangan pribadi muslim, yaitu pemuda yang memiliki integritas dan menggunakan Islam sebagai jalan hidup merupakan suatu kebutuhan bagi bangsa ini. Salah satu sarana untuk mencetak serta mensolidkan gerakan para penyandangnya adalah melalui KAMMI.
KAMMI dan Kampus
Kampus adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari mahasiswa. Kampus merupakan ladang untuk menuntut ilmu sekaligus sebagai arena untuk berekspresi bagi mahasiswa. Kegiatan belajar mengajar, minat bakat atau bersosialisasi, semuanya dapat dilakukan di dalam kampus sehingga sebagian besar waktu mahasiswa pasti dihabiskan di kampus. Oleh sebab itu, wilayah ini merupakan wilayah yang paling sentral bagi mahasiswa.
Sebelum terjun ke masyarakat, mahasiswa ditempa dan dibina melalui kehidupan kampus. Terutama bagi mahasiswa yang aktif berorganisasi atau yang berkehendak menjadi pemimpin dikemudian hari, pemerintahan mahasiswa di kampus menjadi laboratorium mini untuk belajar menerapkan nilai-nilai kepemimpinan. Kampus ibarat ’negara kecil’ yang segala sesuatunya diatur, dijalankan, dan dikelola oleh mahasiswa, sebagaimana yang sering disebut dengan student government.
Mencetak mahasiswa muslim yang berafiliasi pada Islam
Kampus merupakan lumbung mahasiswa, dan kehidupan kampus merupakan lingkungan unik yang potensial untuk membangun idealisme pemuda. Pembentukan karakter pemuda yang berafiliasi kepada Islam dapat dimulai dari wilayah ini. KAMMI berperan sebagai ’mesin pencetak’ idealisme mahasiswa agar berafiliasi pada Islam sehingga dapat memenuhi stock (persediaan) pemimpin masa depan terutama dalam sektor publik. Selain itu, kesatuan gerakan harus dibingkai dalam frame ukhuwah islamiyah (persaudaraan), agar peran mahasiswa muslim semakin dirasakan dan pencapaian visi pun lebih mudah.
Inisiasi muslim negarawan dalam student government
Mahasiswa muslim yang berafiliasi terhadap Islam, diharapkan dapat menjalankan tahap selanjutnya, yaitu fase partisipasi dengan mengaplikasikan fikrah ke ranah praktis, salah satunya melalui student government. Pemerintahan mahasiswa sebagai sarana belajar untuk berlatih menghadapi situasi kenegaraan yang sebenarnya juga untuk melatih pemikiran kritis mahasiswa dalam menterjemahkan permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan menjadi solusi inovatif nan cerdas yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama. Kader KAMMI berperan dalam memperluas persinggungan masyarakat terhadap nilai-nilai Islam serta kiprah yang nyata dalam upaya amar ma’ruf nahi munkar di kalangan pelajar maupun masyarakat luas. Maka, mahasiswa muslim hendaknya menjadikan dirinya sebagai agen perubahan sedini mungkin di mulai dari wilayah yang paling sering berinteraksi dengan dirinya.
Bibit unggul, menjadi ahli di masing-masing profesi
Kader KAMMI yang paham terkait urgensi keberadaannya di masa mendatang, harus mempelajari dengan sungguh-sungguh mata kuliah dalam masing-masing jurusan yang telah ditekuni. Tidak hanya berperan sebagai aktivis mahasiswa yang peduli terhadap permasalahan bangsa, tetapi juga harus menjadi mahasiswa akademis yang benar-benar paham terkait bidang garapnya. Sehingga kader KAMMI dapat bermanfaat baik di intra kampus maupun pasca kampus.
KAMMI dan Indonesia
KAMMI sebagai wujud gerakan pemuda muslim di Indonesia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk membawa semangat kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar). Mempelopori, memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan. Dengan demikian, kesalehan sosial yang tercipta dapat memberikan perbaikan dalam berbagai lini kehidupan.
Kader KAMMI peka terhadap kondisi lingkungan, kritis, dan berupaya menawarkan solusi dengan kacamata Islam sebagai bentuk perjuangannya untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi di dalam negeri. Kepedulian sosial yang diwujudkan dengan tawaran solusi cerdas dan segar yang kerap kali ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat di republik ini. Solusi yang diharapkan dapat memberantas berbagai bentuk dikotomi, yang memisahkan antara agama dengan ranah praktis, maupun sistem lain yang tidak berpihak pada rakyat.
Bentuk kontribusi nyata KAMMI bagi keberlangsungan Indonesia ialah mencetak kader pemimpin di masa mendatang yang ahli di bidangnya, profesional dalam menjalankan tugas, serta peka terhadap kondisi lingkungan sehingga dapat memberikan perubahan dalam berbagai ranah profesi. Menjadi pemimpin yang tangguh dan bijak dalam menyongsong Indonesia menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Bukan hanya sebatas negarawan muslim, melainkan muslim negarawan.
Simpulan
”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Ketika seorang muslim bercita-cita ingin mengubah keadaan negerinya, maka hal utama yang harus dijadikan dasar ialah Islam sebagai jalan hidup. Secara otomatis, gaya hidup Islami yang dijalankannya akan berbuah dalam bentuk kontribusi nyata untuk umat dan juga negara. Maka, perubahan tidak hanya menjadi mimpi namun dapat terealisasi. KAMMI merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan mimpi, menyongsong Indonesia menuju perubahan ke arah yang lebih baik, bermartabat dan berkeadilan.
”Hai pemuda singsingkan lengan bajumu
harapan negeri tersemat di pundakmu
tuntut ilmu giat berjuang bersama
kita songsong masa depan yang mulia...”
(Pemuda, oleh Izzatul Islam)
[1] Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk
[2] Badan Pusat Statistik, “Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregat per Provinsi”, 2010, hal. 6 diakses dari: http://www.bps.go.id/download_file/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf
[3] Proyeksi Jumlah Pemuda, diakses dari: http://kppo.bappenas.go.id/files/-1-Proyeksi%20Jumlah%20Pemuda.pdf
[4] Sumber: http://eksposnews.com/view/20/21117/Jumlah-Mahasiswa-di-Indonesia--Baru-4-657-483-Orang.html
[5] Sumber: http://blog.ub.ac.id/santisetiawati/2010/03/04/peran-mahasiswa-sebagai-pionir-perubahan-sosial/
[6] Ibid.
[7] KAMMI Online, “Profil KAMMI”, diakses dari: http://kammi.org/ke-kammi-an/profil.html
[8] Ibid.
[9] KAMMI Online, Loc.Cit.
[10] Tri Rahayu. “Model Manusia Muslim Pesona Abad Ke-21” oleh H. M. Anis Matta, Lc, Asy Syamil, Juni 2003, Book Review Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004, diakses dari: http://al-manar.web.id/bahan/7. %20BOOK%20REVIEW/2. %20Model%20Man%20Muslim.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar